Laman

Senin, 21 Juni 2010

MENTERI PERTANIAN PADA REMBUG NASIONAL KTNA

Keberhasilan pembangunan pertanian sangat ditentukan oleh dukungan nyata dari semua pemangku kepentingan ( stakeholder ).Pembanguna sektor pertanian bukan hanya merupakan tanggungjawab Kementerian Pertanian,tetapi juga menjadi tanggungajawab semua elemen bangsa.

“Oleh karena itu diharapkan peran aktif Pengurus Kelompok Kontak Tani Neleyan Andalan Nasional ( KTNA ) untuk mendorong kebijakan makro ekonomi terutama aspek fiscal dan moneter untuk memberikan perhatian yang lebih besar kepada sektor pertanian’’,kata Menteri Pertanian Ir.H.Suswono MMA dalam sambutan tertulis yang disampaikan Staf Ahli Mentan Dr.Ir.Iskandar Andi Nuhung pada Rembug Nasional KTNA yang berlangsung di Kutai Kertanegara,Kalimantan Timur.

Lebih lanjut,Menteri pertanian mengharapkan ,KTNA untuk mendorong infrastruktur dasar bagi pembangunan pertanian terutama irigasi,jalan produksi dan infra struktur ekonomi.Mendorong pengembangan industri pertanian baik hilir maupun hulu yang terintegrasi dan dalam satu koordinasi efektip.Disamping itu mendorong kebijakan promosi dan proteksi produksi pertanian melalui kebijakan perdagangan dan industri.

Selain itu,Menteri pertanian berharap agar Kelompok KTNA berperan aktif dalam melakukan supervisi dan advokasi kepada petani agar mereka berpartisipasi aktif dalam pembangunan pertanian,khususnya dalam meningkatkan kemandirian dan daya saing petani menghadapi ASEAN Cina Free Trade Area ( ACFTA ).

Menurut Ir.H.Suswono,dalam kurun waktu lima tahun ke depan sektor pertanian diharapkan masih memeinkan peran yang stategias dan perekonomian nasional.Hal ini mengingat kontribusinya yang sangat nyata terhadap penyediaan pangan bagi 230 juta orang penduduk Indonesia,dan bahan domestic bruto,serta ekspor dan devisa negara.Kontribusi pangan sangat nyata juga dalam penyediaan lapangan kerja,peningkatan pendapatan masyrakat tani dan kelestarian lingkungan.

Untuk menjadikan sektor pertanian sebagai penghela perekonomian nasional,Kementrian Pertanian pada periode tahun 2010-2014 telah menetapkan visi,yaitu;
“ Terwujudnya Pertanian Industri Unggul Berkelanjutan berbasis Sumberdaya lokal untuk Meningkatkan Kemandirian Pangan,Nilai Tambah,Daya Saing,Ekspor,dan Kesejahteraan Petani.”

Sedangkan untuk mewujudkan visi tersebut,Kementerian Pertanian telah menetapkan Empat Sukses Pembangunan Pertanian,yaitu;Pencapaian Swasembada dan Swasembada berkelanjutan;Peningkatan diversifikasi Pangan;Peningkatan Nilai Tambah,Daya Saing dan Ekspor;Peningkatan Kesejahteraan Petani.

“Indonesia sebagai salah satu Negara yang memiliki penduduk terbesar di dunia akan terus mewujudkan tercapainya swasembada dan swasembada berkelanjutan”,kata menteri pertanian lebih lanjut.Latar belakang dicanangkannya swasembada dan swasembada berkalanjutan diantaranya kita memiliki potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang melimpah.Pengalaman selama ini menunjukan kerja keras para petani bersama penyuluhan pertanian telah berhasil membawa Indonesia mencapai swasembada pada tahun 1984 dan tahun 2008.

Dengan tercapainya swasembada dan swasembada berkelanjutan akan menjamin ketahan pangan dan kita ingin berkontribusi yang nyata terhadap pehyediaan pangan dunia khususnya; pangan dunia ( Feed the world ).

Disamping itu dengan tercapainya swasembada padi dan jagung diharapkan dapat peningkatan devisa negara serta pencapaian swasembada kedelai,gula dan daging sapi dapat menghemat penggunaan devisa negara.Pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani.

Dalam rangka mewujudkan Ketahanan Pangan Nasional,selain meningkatkan produksi dan produktivitas lima komoditas tersebut,Kementerian Pertanian berupa pula untuk mewujudkan tercapainya program diversivikasi pangan.Tujuan utama program ini adalah menurunkan konsumsi beras nasional dari 139 kg menjadi 100 kg per kapita pertahun.Mendorong penganekaragamaan pangan melalui pola pangan berimbang untuk peningkatan konsumsi daging,sayuran buah-buahan dan karbohidrat non beras.

Disadari merubah kebiasaan masyarakat mengomsumsi pangan yang berasal dari beras bukan merupakan pekerjaan yang mudah. Pengalaman selama ini menunjukkan walau pun mereka sudah mengkomsumsi roti, jagung atau makanan lainnya mereka masih merasa lapar karena belum memakan nasi. Kondisi ini sering disebut sebagai kelaparan psikologis.

Untuk merubah ketergantungan masyarakat terhadap beras, Kementrian Pertanian mulai tahun 2010 meluncurkan kampanye nasional pola makan-gizi berimbang. Kampanye ini ditunjukan kepada seluruh lapisan masyarakat mulai dari permukaan masyarakat, organisasi wanita dan organisasi kemasyarakatan lainnya, sampai dengan anak – anak sekolah dari tingkat Taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi./kutipan dari sinat tani.